Likud Menang, Netanyahu PM Lagi
Palestina Pesimistis Solusi Damai Dua Negara
19/03/15, 05:40 WIB
JERUSALEM – Hasil awal pemilu legislatif Israel berpihak kepada Benjamin Netanyahu. Rabu(18/3) komisi pemilihan umum mengumumkan kemenangan Partai Likud berdasar sistem hitung cepat. Artinya, tokoh 65 tahun itu akan sekali lagi memimpin Israel.
Hasil resmi pemilu parlemen dipublikasikan sore ini (19/3). Tetapi, kemenangan Likud, tampaknya, sudah tidak terbantahkan. Hasil penghitungan suara sementara menempatkan partai sekuler tersebut pada urutan teratas. Di antara 120 kursi yang diperebutkan dalam pemilu, Likud sukses meraup 30. Sebaliknya, Partai Zionist Union hanya mampu mengamankan 24 kursi.
Selain kemenangan Likud, masa depan Netanyahu sudah pasti tetap baik. Setidaknya dia akan kembali duduk di kursi perdana menteri (PM). Dengan demikian, politikus yang akrab disapa Bibi itu bakal menjadi kepala pemerintahan Israel selama tiga periode berturut-turut. Namun, kepemimpinannya nanti menjadi yang keempat. Sebab, dia juga pernah menjabat PM pada periode 1996–1999.
''Tidak seperti dugaan banyak orang, Likud berhasil meraih kemenangan gemilang,'' tutur Netanyahu dalam pidato kemenangan di Kota Tel Aviv. Di markas besar partainya tersebut, dia berterima kasih kepada seluruh rakyat Israel yang bisa membedakan antara hal-hal yang penting dan yang tidak. Sebab, pada akhirnya, masyarakat memilih Likud sebagai penguasa parlemen.
Begitu mendengar kemenangan Likud, Isaac Herzog langsung memberikan ucapan selamat kepada Likud dan Netanyahu. Dalam jumpa pers di ibu kota, politikus 54 tahun itu telah menelepon rival politiknya dan mengucapkan selamat. Pemimpin Zionist Union tersebut juga menerima kekalahan partainya dalam pemilu parlemen kali ini. Tetapi, dia tidak akan bergabung dalam pemerintahan Likud dan koalisinya.
''Saya rasa, saat ini yang paling dibutuhkan Israel adalah suara yang lain. Suara yang menawarkan alternatif. Suara yang menyuarakan kebenaran,'' papar Herzog dari halaman rumah.
Pernyataan sikap itu jelas menunjukkan bahwa Zionist Union bakal berada pada jalur oposisi. Pemimpin koalisi Partai Buruh dan Hatnuah tersebut bersumpah menggalang dukungan dari beberapa partai lain untuk bertahan sebagai oposisi.
Netanyahu yang akan membentuk pemerintahan dalam waktu sekitar dua pekan sudah berjanji tidak memberikan kesempatan kepada Palestina untuk membentuk negara. Karena itu, kemenangan Likud kemarin langsung mengandaskan harapan pemerintahan Mahmoud Abbas tentang perdamaian. Perundingan damai yang sampai sekarang diupayakan pun terancam buyar.
''Israel telah memilih jalur rasisme, pendudukan, dan pembangunan permukiman (di wilayah Palestina). Mereka menolak negosiasi dan kerja sama,'' ungkap Yasser Abed Rabbo, pejabat senior Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).
Di tempat terpisah, Juru Runding Saeb Erekat menegaskan bahwa Palestina akan lebih gigih menempuh jalur hukum lewat Mahkamah Kriminal Internasional untuk mengadili Israel. (AP/AFP/BBC/hep/c14/ami)
Palestina Pesimistis Solusi Damai Dua Negara
JERUSALEM – Hasil awal pemilu legislatif Israel berpihak kepada Benjamin Netanyahu. Rabu(18/3) komisi pemilihan umum mengumumkan kemenangan Partai Likud berdasar sistem hitung cepat. Artinya, tokoh 65 tahun itu akan sekali lagi memimpin Israel.
Hasil resmi pemilu parlemen dipublikasikan sore ini (19/3). Tetapi, kemenangan Likud, tampaknya, sudah tidak terbantahkan. Hasil penghitungan suara sementara menempatkan partai sekuler tersebut pada urutan teratas. Di antara 120 kursi yang diperebutkan dalam pemilu, Likud sukses meraup 30. Sebaliknya, Partai Zionist Union hanya mampu mengamankan 24 kursi.
Selain kemenangan Likud, masa depan Netanyahu sudah pasti tetap baik. Setidaknya dia akan kembali duduk di kursi perdana menteri (PM). Dengan demikian, politikus yang akrab disapa Bibi itu bakal menjadi kepala pemerintahan Israel selama tiga periode berturut-turut. Namun, kepemimpinannya nanti menjadi yang keempat. Sebab, dia juga pernah menjabat PM pada periode 1996–1999.
''Tidak seperti dugaan banyak orang, Likud berhasil meraih kemenangan gemilang,'' tutur Netanyahu dalam pidato kemenangan di Kota Tel Aviv. Di markas besar partainya tersebut, dia berterima kasih kepada seluruh rakyat Israel yang bisa membedakan antara hal-hal yang penting dan yang tidak. Sebab, pada akhirnya, masyarakat memilih Likud sebagai penguasa parlemen.
Begitu mendengar kemenangan Likud, Isaac Herzog langsung memberikan ucapan selamat kepada Likud dan Netanyahu. Dalam jumpa pers di ibu kota, politikus 54 tahun itu telah menelepon rival politiknya dan mengucapkan selamat. Pemimpin Zionist Union tersebut juga menerima kekalahan partainya dalam pemilu parlemen kali ini. Tetapi, dia tidak akan bergabung dalam pemerintahan Likud dan koalisinya.
''Saya rasa, saat ini yang paling dibutuhkan Israel adalah suara yang lain. Suara yang menawarkan alternatif. Suara yang menyuarakan kebenaran,'' papar Herzog dari halaman rumah.
Pernyataan sikap itu jelas menunjukkan bahwa Zionist Union bakal berada pada jalur oposisi. Pemimpin koalisi Partai Buruh dan Hatnuah tersebut bersumpah menggalang dukungan dari beberapa partai lain untuk bertahan sebagai oposisi.
Netanyahu yang akan membentuk pemerintahan dalam waktu sekitar dua pekan sudah berjanji tidak memberikan kesempatan kepada Palestina untuk membentuk negara. Karena itu, kemenangan Likud kemarin langsung mengandaskan harapan pemerintahan Mahmoud Abbas tentang perdamaian. Perundingan damai yang sampai sekarang diupayakan pun terancam buyar.
''Israel telah memilih jalur rasisme, pendudukan, dan pembangunan permukiman (di wilayah Palestina). Mereka menolak negosiasi dan kerja sama,'' ungkap Yasser Abed Rabbo, pejabat senior Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).
Di tempat terpisah, Juru Runding Saeb Erekat menegaskan bahwa Palestina akan lebih gigih menempuh jalur hukum lewat Mahkamah Kriminal Internasional untuk mengadili Israel. (AP/AFP/BBC/hep/c14/ami)
0 komentar:
Posting Komentar