KONSEP BARU: Jurnalis SBO Fatimah Setya Wardani (berjilbab) dan Guntur Nara Persada (bertopo) bersama perwakilan dari Deplu AS, George A Santulli (dua dari kir), dan mahasiswa Indonesia di University of Houston, AS. (SBO for Jawa Pos)
Jurnalisme tidak hanya milik mereka yang berprofesi sebagai jurnalis. Dengan konsep selfie journalism yang ditawarkan, dua jurnalis SBO TV, Surabaya, ini berhasil mendapat kesempatan berkunjung ke Negeri Paman Sam
SUHU 19 derajat Celsius menyambut saat pintu utama pesawat terbuka. Hari masih terang benderang. Fatimah Setya Wardani, 28, masih sedikit menggeliat sambil mengintip keluar. ”Sudah sampai?” tanyanya kepada rekan di sebelah. ”Sudah, lebih dari 20 jam perjalanan,” ujar Guntur Nara Persada, 29, pria yang duduk di sebelahnya.
Dua orang itu lalu meregangkan tubuh yang agak kaku setelah duduk berjam-jam. Mata memang agak mengantuk. Tapi, antusiasme segera mengubur rasa lelah dalam-dalam. Dua sahabat itu ’’baru’’ saja terbang pukul 09.20 waktu Singapura. Sekarang mereka berada di belahan dunia berbeda, masih pukul 11.55 pada hari yang sama. Selamat datang di Los Angeles!
Fatimah merentangkan tangan tanda bahagia. Bersama Guntur, dia terpilih di antara sekian ratus wakil media televisi di seluruh dunia dalam kompetisi program TV yang diadakan TV Co-op, salah satu penggiat media televisi di Negeri Paman Sam. Itu adalah prestasi yang membanggakan. Betapa tidak, dua jurnalis dari SBO TV tersebut adalah yang pertama dari TV Surabaya yang berhasil mendapatkan kesempatan emas itu.
Setiap tahun TV Co-op memang mengundang seluruh media televisi di dunia untuk mengirimkan konsep-konsep program terbaru. Para pemenangnya berkesempatan berkunjung ke Amerika Serikat untuk merealisasikan ide. ”Kami menang karena mengirimkan konsep selfie journalism. Jadi, kami mengampanyekan selfie dengan video yang langsung melibatkan masyarakat secara luas,” ujar Guntur.
Jika yang sedang marak sekarang adalah foto selfie, video selfie sebenarnya mirip semacamnya. Hanya, formatnya dalam bentuk video. ”Jadi, semua orang bisa berasa kayak reporter,” ujar pria kelahiran Jakarta, 4 Juli 1985, tersebut.
Malam itu, Fatimah dan Guntur langsung bekerja. Setelah beristirahat beberapa jam di hotel, rombongan itu meluncur ke lokasi pertama, University of California Los Angeles (UCLA). Meet and greet dengan mahasiswa Indonesia dilakukan sambil perkenalan dan presentasi tentang konsep video selfie.
”Mahasiswa Indonesia di UCLA lumayan banyak. Mereka langsung aktif terlibat dalam video selfie ini,” tutur Fatimah. Kebetulan, tema yang diangkat pun cocok. Selfie journalism yang ditawarkan Fatimah dan Guntur mengangkat hal-hal seputar pendidikan dan pariwisata. Aha! Dua hal yang memang tidak jauh-jauh dari kehidupan mahasiswa di AS.
Selama di AS, para jurnalis tersebut didampingi contract TV producer dari Kementerian Penyiaran AS George A. Santulli. Pria tersebut menemani Fatimah dan Guntur mulai keluar dari gerbang kedatangan Los Angeles International Airport hingga kembali pulang ke Indonesia. ”Sudah jadi kayak teman sendiri,” kata Fatimah.
Berkunjung ke AS merupakan pengalaman pertama bagi Fatimah maupun Guntur. Meski terpilih sebagai pemenang sejak November tahun lalu, tetap saja rasa deg-degan tidak hilang-hilang. ”Saya membawa saus sambal, suwir daging, dan ikan teri di dalam koper. Haha,” tambah Guntur. Berbagai ekspektasi tentang berminggu-minggu di negara baru memang membawa keasyikan tersendiri.
”Ini memang pengalaman pertama kami pergi jauh, apalagi ke Amerika. Kami enggak cuma mewakili instansi, tapi juga Indonesia,” kata Fatimah. Selama di AS, konsep selfie journalism yang mereka bawakan bisa dikatakan berjalan sukses. Berbekal kamera sederhana seperti pada telepon genggam, semua orang kini bisa menjadi reporter. Mereka bisa menceritakan tentang apa yang ditemui dan dihadapi sehari-hari. Informasi pun bisa tersebar luas.
”Masyarakat di sana benar-benar terbuka dan menghargai hak untuk mendapat informasi,” jelas Guntur. Secara birokrasi, seluruh elemen juga sangat terbuka kepada para jurnalis. Hal tersebut, lanjut Guntur, menjadikan pekerjaannya semakin mudah dan menyenangkan.
Sejak kedatangan mereka pada 28 Februari hingga 18 Maret lalu, Guntur dan Fatimah sukses membawakan selfie journalism di berbagai tempat di AS.Selain UCLA, mereka berkunjung ke University of Colorado di Boulder, Colorado, dan University of Houston di Texas. Di tiga tempat itu, bermacam kehidupan mahasiswa seputar dunia pendidikan berhasil direkam. ”Kami membuat mereka semua mempraktikkan bagaimana selfie journalism,” ungkap Fatimah yang juga menjabat produser extra news SBO TV tersebut.
”Mengamati kehidupan kampus teman-teman di Amerika mungkin bisa bikin iri. Mereka mendapat fasilitas dan kualitas pengajaran yang begitu luar biasa. Bagaimana menggabungkan antara education dan fun. Di kantinnya saja, pada semua menu yang kita makan ada pengontrol kalorinya,” kata Guntur. Hal-hal tersebut terdokumentasi dengan konsep video selfie yang ditawarkan Fatimah dan Guntur.
Selain berkunjung ke kampus-kampus, dua jurnalis tersebut berkesempatan melakukan selfie journalism di berbagai situs populer yang mendunia. Sebut saja Hollywood Boulevard atau Walk of Fame. Untuk wisata alam, selfie journalism mengambil tempat di sekitar pantai dan menyusuri pegunungan Rocky yang membelah daratan AS.
”Kami juga mengunjungi tempat masyarakat bersosialisasi, misalnya di Grand Central Market, Los Angeles. Itu pasar bersejarah yang menjual bermacam makanan, mulai Meksiko, Tiongkok, hingga Asia. Mahasiswa suka berkumpul di situ,” ujar Fatimah.
Selain itu, mereka mengunjungi Islamic Center di Boulder, Colorado, untuk melihat kehidupan para pelajar muslim di negara bagian tersebut. ”Di sini kita benar-benar bisa menyaksikan bagaimana Amerika dari berbagai point of view,” ujar Guntur yang menjabat produser news SBO TV tersebut.
Konsul Jenderal Republik Indonesia untuk Texas juga tak luput ambil bagian. Henk Edward Saroinsong tidak hanya menjamu Fatimah dan Guntur untuk makan bersama di rumahnya, tapi juga terlibat dalam video selfie. ”Beliau menjelaskan beberapa program scholarship yang ditawarkan kepada para pelajar Amerika untuk belajar di Indonesia,” jelas Fatimah.
Meski hanya hitungan minggu, perjalanan yang cukup padat dari hari ke hari membuat Fatimah dan Guntur menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Nusantara di Negeri Paman Sam. Bagaimana mereka hidup, bekerja, bersosialisasi, dan menjalin kebersamaan sesama perantau di negeri seberang.
Berkali-kali dua jurnalis itu mengikuti kelas-kelas perkuliahan di kampus, berkunjung ke tempat-tempat nongkrong para mahasiswa, hingga menyusuri pasar dan tempat ibadah yang didatangi para mahasiswa. ”Kami ingin para mahasiswa itu benar-benar terlibat dalam konsep selfie journalismini. Semua yang ada di video menceritakan kehidupan mereka dan mereka yang menyampaikannya,” kata Guntur.
Seluruh hasil dokumentasi Fatimah dan Guntur telah ditampilkan lewat tayangan seputar video selfie di SBO TV(*/c7/ayi)