CUMLAUDE: Kombes Pol Juansih setelah dinyatakan lulus menyandang gelar Doktor dari Universitas Airlangga, Jumat (21/3). (Thoriq/Jawa Pos)
Mendapat gelar doktor bagi seorang polisi merupakan suatu kebanggaan. Perasaan itu yang dialami Kombespol Dr Juansih. Anggota polwan yang kini bertugas di Mabes Polri tersebut baru menyandang gelar itu dari Universitas Airlangga, Surabaya. Hal tersebut semakin membanggakan karena dia adalah satu-satunya polwan di Mabes Polri yang meraih gelar doktor.
BISA jadi, Jumat kemarin (20/3) menjadi hari bersejarah bagi Juansih. Gedung Pascasarjana Universitas Airlangga juga turut menjadi saksi penobatan dirinya sebagai seorang doktor bidang peningkatan sumber daya manusia.
Lebih dari dua jam yang diberikan dosen penguji untuk memaparkan hasil disertasinya itu adalah masa yang menegangkan. Materi yang mengangkat tema Pengaruh Optimalisasi Pengembangan Sumber Daya Manusia Setingkat Polmas dalam Bentuk Diklat, Transfer Knowledge, dan Capacity Building itu disampaikan secara tegas.
Juansih menjelaskan bahwa objek penelitiannya adalah Polrestabes Surabaya. Selama lebih dari tiga bulan, perempuan dengan tiga melati di bahu itu mengamati pola pemeliharaan hubungan antara polisi dan polisi masyarakat. Dugaan-dugaan serta data penelitian disampaikan secara gamblang.
Juansih juga memaparkan semua permasalahan secara perlahan. Lalu, dugaan-dugaan yang tercantum di disertasinya. Termasuk pengungkapan masalah yang ditemui di lapangan. Dia juga mampu menjawab semua pertanyaan yang disampaikan dosen penguji kepadanya. Semua terjawab dengan baik. Juansih pun mendapat predikat cum laude.
Keluarga, teman seprofesi, dan sahabat yang turut menyaksikan ujian pun turut tegang. Mereka harap-harap cemas dengan hasil ujian yang berlangsung siang itu. Tentu saja doa mereka panjatkan agar ujian lancar. Juansih tampil prima. Ujian yang dimulai pukul 13.00 tersebut selesai dengan baik. Enam profesor, salah satunya Prof Dr Anis Eliyana, menyatakan bahwa Juansih layak menyandang gelar doktor.
Perempuan yang pada Agustus nanti genap berusia 51 tahun itu yakin hasil karyanya bisa dipertanggungjawabkan. Dari penelitian tersebut, muncul kesimpulan bahwa diklat yang digelar kepolisian sangat berpengaruh terhadap terwujudnya stabilitas keamanan nasional.
Saat ini polrestabes membentuk polmas di setiap kecamatan. Polmas memiliki beberapa anggota. Mereka dilatih dalam menghadapi persoalan di masayarakat. Pelatihan dalam bentuk diklat itu membentuk karakter seorang polmas. Selain itu, hubungan antara polisi dan polmas semakin harmonis. Keduanya saling mengisi dan memberi informasi.
Koordinasi dilaksanakan dari waktu ke waktu. Polmas juga memiliki program unggulan untuk menciptakan keamanan di kampungnya. Polisi bersifat pendamping yang sesekali memberi masukan kepada mereka. Secara tidak langsung, pola pengamanan swakarsa dilakukan masyarakat melalui kelompok polmas bersama polisi.
Hubungan yang baik itu mendukung tugas Polri. Ketika muncul masalah, polmas yang pertama mengambil peran untuk menyelesaikan. ''Langkah-langkah yang demikian itu sangat membantu,'' jelas ibu tiga anak itu saat ditemui setelah ujian kemarin.
Artinya, masalah di tingkat bawah bisa diatasi sejak dini. Dengan begitu, kondisi keamanan terus stabil. Dari situlah terlihat pengaruh peningkatan sumber daya polmas yang terlatih terhadap stabilitas keamanan itu ada. ''Itu hasil disertasi yang saya paparkan,'' ucapnya.
Lulusan Magister Humaniora Universitas Gadjah Mada tersebut bersyukur jenjang pendidikan yang ditempuhnya sejak 2012 itu selesai. Kini perempuan kelahiran Majalengka tersebut resmi menyandang gelar doktor. ''Ini anugerah Tuhan dan doa dari banyak orang,'' ujar perwira menengah yang pernah menjabat kepala biro logistik di Polda Jatim itu.
Setelah Juansih menjalani ujian tersebut, ucapan salam dan selamat mulai berdatangan. Rekan seprofesi, baik dari Polrestabes Surabaya maupun Polda Jatim, juga turut mengucapkan selamat. Rasa haru pun terlihat dari wajah istri Tedi Supriyadi itu. ''Saya senang dan bangga atas prestasi yang telah tercapai,'' ucapnya.
Bisa jadi, Juansih merupakan polwan langka di lingkungan Mabes Polri. Sebab, jarang polwan memiliki gelar doktor. Mereka biasanya selesai di tingkat magister. Banyak faktor yang menjadi kendala dalam hal pendidikan. Di antaranya, biaya. ''Beruntung, masalah biaya selalu ada rezeki. Saya pun bisa belajar dengan tenang,'' tutur perempuan yang hobi olahraga itu.
Dia juga tidak memiliki ambisi apa pun setelah mendapat gelar tersebut. Bagi dia, menimba ilmu merupakan kewajiban. Selama masih ada usia, manusia wajib menuntut ilmu. Dasar itu yang menjadi alasan Juansih untuk melanjutkan belajar ke jenjang S-3. Dia beruntung karena niat itu didukung keluarga. Termasuk rekan kerja di kepolisian. Jenjang S-3 pun diselesaikan dalam waktu tiga tahun.
Perempuan yang kini bertugas di Kabagrenmin Sarpras Polri itu tidak berpuas diri. Dia akan terus belajar tentang semua hal. Bagi Juansih, ilmu pengetahuan tidak akan habis. ''Selama masih ada usia, saya akan terus belajar,'' paparnya.
Banyak sahabat yang bangga atas prestasi yang diraih kemarin. Salah satunya, Kapolrestabes Surabaya Kombespol Setija Junianta. Dia menilai semangat Juansih dalam menimba ilmu luar biasa. Pola pikir yang demikian itu seharusnya dicontoh anggota polisi yang lain. ''Kami sangat bangga dengan langkah dan kinerja yang dia tempuh,'' katanya.
Sambutan lain juga muncul dari Djoko Suwondo, pengurus Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat di Kecamatan Rungkut. Dia tidak menyangka disertasi Juansih mengangkat peran polmas terhadap stabilitas keamanan bangsa. Hasil disertasi itu secara tidak langsung mengangkat kiprah polmas. ''Ide itu luar biasa. Kami sangat tersanjung dengan pemikirannya,'' ucapnya.(*/c19/ayi)