KEKELUARGAAN: Para pemain dan staf Hangtuah berfoto bersama di rumah keluarga Suhandy. (Arif R/Jawa Pos)
JADWAL tanding Hangtuah Sumsel IM sedang kosong kemarin. Karena itu, para pemain dan staf pelatih menyempatkan diri berkumpul di rumah pemain rookie mereka, Suhandy. Bagaimana suasananya?
RUMAH keluarga Suhandy di Perumahan Marina Park kemarin (5/2) petang ramai. Gelak tawa dan canda tak henti. Ya, saat itu para pemain dan staf pelatih Hangtuah berkunjung ke rumah Suhandy yang kebetulan putra daerah Batam.
Power forward Hangtuah Airlangga Sabara yang paling sering menggoda Suhandy. Kehadiran skuad Hangtuah itu juga sekaligus merayakan ulang tahun Suhandy yang tertunda. Small forward bertinggi 186 cm tersebut berulang tahun pada 28 Januari lalu.
’’Ini adalah traktiran dari Suhandy. Dia kan ulang tahun sewaktu di Jakarta kemarin. Tetapi, acara makan-makannya baru bisa di sini, sekalian mempererat kekeluargaan,’’ ujar pelatih Hangtuah Tondi Raja Syailendra.
Mereka dijamu keluarga Suhandy dengan masakan khas seperti nasi lemak, telur, dan ayam bumbu rendang. Tampak semua pemain menikmatinya. Para pemain juga menikmati es cendol yang merupakan suguhan spesial. Sebab, itu adalah dagangan ayah Suhandy, Tjaw Eng.
Para pemain juga tidak sungkan mengajak bercanda anggota keluarga Suhandy. Mereka mengajak ibunda Suhandy, Tju In, menonton langsung pertandingan Hangtuah melawan Satria Muda Britama Jakarta di Hi-Test Arena, Batam, malam ini (6/2).
Tju In tidak mengiyakan maupun menolak. Dia hanya tersenyum. Teman-temannya tahu bahwa ibu Suhandy kurang setuju dengan keputusan sang anak untuk berkarir sebagai pemain basket profesional. ’’Saya ingin dia berada di rumah. Apalagi, dia kan satu-satunya anak laki-laki di rumah ini,’’ kata Tju In.
Dulu, dia menolak tawaran kuliah buat Suhandy dari Universitas Indonesia (UI). Tetapi, akhirnya sang ibu membolehkan Suhandy kuliah di Jakarta setelah berkonsultasi dengan ayah Suhandy, Tjaw Eng. ’’Daripada dipaksa kuliah di sini dan kemudian putus di tengah jalan,’’ lanjutnya.
Suhandy adalah anak ketiga dari empat bersaudara dan satu-satunya lelaki di keluarga tersebut. Tju In menuturkan, mulanya Suhandy tidak suka basket. Dia lebih suka bermain game online di warnet. Kemudian, ada yang mengajak bermain basket dan keterusan. ’’Sekarang malah jadi hobi dan lebih dari itu malah,’’ kata Tju In.
Selain ibunya, sang kakak Ratna Dewi kurang sreg adiknya menjadi pebasket profesional. Dia lebih suka sang adik memilih profesi sebagai notaris dan kemudian sekolah lagi mengambil strata 1.
Berbeda dengan ibu dan kakaknya, sang ayah lebih memilih memberikan keputusan itu kepada Suhandy. ’’Yang terpenting bagi saya, Suhandy tidak berbuat jahat,’’ kata Tjaw Eng.
Lagi pula, bermain basket juga positif dan Suhandy adalah pemain yang berbakat. Musim ini, dia menjadi salah seorang rookie yang paling bersinar bersama center M88 Aspac Jakarta Kristian Liem.
Pada musim pertamanya, Suhandy juga menjelma sebagai pemain andalan Hangtuah dengan gaya main yang hustle. Karena itu, tugas Suhandy sekarang adalah membuktikan bahwa pilihannya menjadi pebasket tidaklah keliru. Apalagi, semula ibunya hanya memberikan jangka waktu setahun untuk Suhandy bermain basket profesional. ’’Saya izinkan karena ketika itu ada orang dari Hangtuah yang datang ke sini,’’ ujar Tju In. (*/c17/ham)