PUNCAK PERJUANGAN: Pengunjung menuju puncak Bukit Fathin San. Ada patung Buddha yang menghadap ke Pangkal Pinang dan laut. (Angger Bondan/Jawa Pos)
Bangka –juga Belitung– di Provinsi Bangka Belitung memang terkenal punya pantai-pantai perawan dengan keindahan alami. Padahal, ada juga wihara-wihara di atas bukit yang menyajikan keelokan yang tidak kalah.
BANDARA Depati Amir, Kota Pangkal Pinang, adalah pintu masuk utama Pulau Bangka. Sangat jarang turis menggunakan jalur laut untuk mencapai pulau ini. Jika baru kali pertama mengunjungi Bangka dan tidak memiliki kenalan, ada baiknya Anda meminta sopir taksi di bandara untuk mengantar ke tempat persewaan mobil atau bertanya ke pegawai hotel.
Di Bangka, jarak satu lokasi wisata ke lokasi lain memang cukup dekat. Masing-masing hanya sekitar 20–30 menit. Meski begitu, transportasi di pulau itu belum siap untuk memfasilitasi lonjakan wisatawan. Angkutan yang tersedia hanya ada sampai pukul 18.00. Mereka pun hanya melayani rute di jalan-jalan besar. Padahal, untuk menuju lokasi wisata, pengunjung harus memasuki jalan-jalan kecil yang berkelok.
Selain moda transportasi, tempat menginap harus dipikirkan sebelum berangkat. Hotel di Bangka memang tidak terlalu banyak, mayoritas masih hotel kelas melati. Meski begitu, fasilitasnya cukup bersih dan memadai jika hanya untuk beristirahat setelah berjalan-jalan. Tarif paling rendah berkisar Rp 200 ribu.
Biasanya, yang dikejar para turis adalah Pantai Pasir Padi dan Pantai Tanjung Bunga di Pangkal Pinang. Pantai Pasir Padi itu menawarkan wisata pantai dengan hamparan butiran pasir yang cukup besar. Itulah alasan penamaan pantai tersebut.
Sejatinya, wisata pantai yang cukup banyak justru berada di Kota Sungailiat. Jaraknya sekitar 30 menit dari Kota Pangkal Pinang jika ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi. Salah satu yang cukup terkenal adalah Pantai Tanjung Pesona. Itu adalah pantai yang mulai digarap pemerintah. Di sepanjang pantai tersebut, terdapat resor dengan pemandangan lepas pantai dan teluk yang indah. Di dekat resor ada patung robot besar yang terbuat dari batu. Patung tersebut biasanya dijadikan objek foto oleh wisatawan.
Pantai Parai dan Pantai Tikus bisa menjadi alternatif destinasi berikutnya. Dua pantai itu sangat cantik dan masih jarang didatangi pengunjung. Di Pantai Tikus juga terdapat Puri Tri Agung. Puri tersebut baru selesai dibangun dan belum diresmikan. Namun, pengunjung yang datang untuk sekadar berfoto cukup banyak.
’’Saat Minggu, jumlah pengunjung bisa sampai ratusan orang,’’ ujar pengurus Puri Tri Agung Chung Sun Po, 48. Pemandangan pantai tikus yang cantik dari atas Puri Tri Agung bisa menjadi nilai plus tersendiri. Puri tersebut merupakan spot yang sangat menarik untuk berfoto bersama keluarga ataupun selfie. Jika berfoto di anak tangga menuju area utama, orang mungkin mengira Anda sedang berada di Tiongkok. Sebab, bangunan berbentuk tabung dengan atap kerucut itu mirip Kuil Surga (Tiantan) di Beijing, Tiongkok.
Tempat wisata yang beraroma religi lain adalah Bukit Fathin San. Itu adalah wisata budaya, alam, dan religi yang dikawinkan menjadi satu. Tiket masuknya sangat murah: Rp 5 ribu. Tapi, fisik harus disiapkan betul. Untuk sampai ke puncak bukit itu, orang harus mendaki lebih dari 350 anak tangga.
Jangan khawatir, ada pemberhentian di sepanjang jalur mendaki pada bukit berbatu tersebut. Di setiap pemberhentian ada kuil-kuil kecil untuk tempat persembahyangan umat Buddha. Ya, Bukit Fathin San itu memang punya nama resmi Wisata Alam Religi Mahayana Bukit Betung Desa Lubuk Sungailiat.
Meski cukup melelahkan, semua terbayar ketika bisa sampai di atas. Pemandangan hamparan kota yang berbatas laut tersaji indah di depan mata. Pemandangan itu bisa terlihat pada puncak bukit yang juga terdapat rupang (patung) Buddha berukuran besar. (sha/c7/dos)