DUEL: Pemain Bandung Utama Lutfi Augus (depan) dan pemain Garuda Kukar Bandung Diftha Pratama saat laga di Hi-Test Arena, Batam. (Hendra Eka/Jawa Pos)
BATAM – Garuda Kukar Bandung belum bisa keluar dari krisis. Tim asuhan Tjetjep Firmansyah itu justru semakin parah setelah menelan kekalahan kelima beruntunnya pada IndiHome National Basketball League (NBL) Indonesia 2014–2015 Kamis (5/2). Mereka takluk oleh tim sekota, Bandung Utama, 42-48 di Hi-Test Arena, Batam.
Bagi Bandung Utama, itu adalah sejarah. Untuk kali pertama, mereka bisa menundukkan saudara tuanya, Garuda, sekaligus menembus lima besar klasemen sementara. Mereka mengemas 22 poin, sedangkan Garuda turun ke peringkat ketujuh dengan 20 poin.
’’Ini berkat usaha seluruh pemain yang berjuang sampai akhir laga,’’ kata pelatih Bandung Utama Octaviarro Romely Tamtelahitu kepada Jawa Pos.
Bermain tanpa sang kapten sekaligus pengatur permainan, Wendha Wijaya, yang cuti, Garuda kacau balau. Coach Tjetjep bingung mencari point guardyang paling pas untuk menggantikan Wendha. Permadi Ario Damar yang dipasang bergantian dengan Fredy yang sejatinya berposisi shooting guardmengisi pos yang ditinggal Wendha. Tetapi, mereka gagal mengangkat performa tim. Jonathan Elyaday Latuhihin yang biasanya menjadi back uputama Wendha malah tidak dimainkan sama sekali.
Ario bermain selama 23 menit 19 detik dan Fredy dipasang 16 menit 40 detik. ’’Sial banget, banyak tembakan anak-anak yang nggak masuk tadi (kemarin, Red),’’ ketus Tjetjep seusai laga.
Untuk memecah kebuntuan pada point guard, Tjetjep memang tampak mencoba menerapkan pola princeton offense. Seluruh pemain Garuda diharapkan bergerak untuk melakukan screencutting, maupun back door cutsampai benar-benar ada pemain yang leluasa menembak.
Masalahnya, pola itu gagal berjalan dengan baik karena akurasi tembakan Garuda payah. Field goal mereka hanya 27 persen. Dari 64 kali percobaan tembakan, Garuda hanya mampu melesakkan 17 di antaranya.
Belum lagi ketegangan sempat terjadi saat kuarter ketiga tersisa satu detik. Keputusan wasit Harja Jaladri yang memberikan foul kepada shooter Garuda Diftha Pratama saat point guard Bandung Utama melakukan action shootdiprotes keras oleh Tjetjep.
Gara-gara protes itu, Tjetjep mendapat technical foul. ’’Main basket itu adadefense dan offense. Wasit sekarang sepertinya hanya melihat offenseDefensenggak mendapat respek,’’ kritik Tjetjep.
Saat kuarter keempat menyisakan 1 menit 20 detik, Garuda mampu menyamakan kedudukan untuk kali pertama sejak awal laga 42-42. Itu melalui dua kali free throw Diftha Pratama. Namun, Gian Gumilang membuat Bandung Utama kembali tersenyum pada 20 detik terakhir. Jump shoot-nya menembus jala Garuda dan mengubah angka menjadi 44-42.
Kesalahan fatal dilakukan Ario pada 20 detik akhir laga. Dia gagal menerima bola throw in dari Christ Gideon dan langsung direbut oleh Surliyadin. Itu membuat asa Garuda untuk menyamakan kedudukan gagal. Garuda pun tumbang 48-42.
’’Kami terbawa ritme mereka. Kami akui ini kesalahan kami secara tim,’’ tutur Fadlan Minallah, power forward Garuda. ’’Mau tidak mau kami harus bangkit. Kami tidak mau seperti ini terus. Jangan sampai tim lain mengganggap kami jauh lebih jelek musim ini. Garuda harus bangkit,’’ jelasnya.
Di sisi lain, Coach Ocky –sapaan Octaviarro Romely Tamtelahitu– enggan terlalu hanyut dalam kemenangan timnya. Menurut dia, masih banyak hal yang harus dibenahi tim asuhannya. ’’Kemenangan bisa jadi pisau bermata dua. Kalau tidak disikapi dengan baik, ini akan menusuk kita dari belakang,’’ tuturnya.
Ocky juga menyatakan, klasemen sementara yang memasukkan timnya berada di posisi lima besar belum menunjukkan gambaran sebenarnya persaingan seluruh tim NBL Indonesia.
Bandung Utama masih punya tugas berat untuk menjaga posisi. Pada Sabtu (7/2), mereka akan menantang Hangtuah Sumsel IM. (irr/rif/c19/ham)