pemberontak Syiah Huthis. (Reuters)
ADEN – Kondisi keamanan di Yaman kian panas. Perebutan kekuasaan antara pemerintah dan pemberontak Syiah Huthis terus berlangsung. Sabtu malam lalu (21/3) tentara syiah Huthis berhasil merebut bandara militer di Kota Taiz tanpa perlawanan berarti. Kini kondisi kota terbesar ketiga di Yaman itu dikuasai sepenuhnya oleh militan Huthis.
Warga yang memprotes kedatangan pemberontak Huthis terpaksa menyingkir dari jalanan. Itu terjadi setelah iring-iringan tank dan kendaraan berat milik pemberontak memenuhi jalan dan tembakan senapan ke udara terus dimuntahkan. Pasukan Huthis juga berdatangan melalui jalur udara. Kini terdapat lebih dari 300 personel pemberontak yang ditempatkan di bandara militer tersebut.
Sehari sebelumnya, Jumat (20/3), dua bom bunuh diri meledak di Masjid Badr dan Masjid Al-Hashoosh saat Salat Jumat berlangsung. Sebanyak 142 orang dilaporkan tewas. Islamic State (IS) atau ISIS mengklaim sebagai pelaku. Sehari setelah kejadian tersebut, pemerintah Amerika Serikat (AS) menarik semua personel militernya di pangkalan militer Al-Anad. Termasuk di antara mereka seratus personel pasukan khusus yang ditempatkan untuk membantu pasukan Yaman memerangi Al Qaeda.
’’Karena terus memburuknya situasi keamanan di Yaman, pemerintah AS sementara merelokasi personel yang tersisa keluar dari Yaman,’’ ujar Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Jeff Rathke.
Tidak mampu mengatasi para pemberontak, Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi meminta agar segera ada intervensi dari PBB. Karena itulah, kemarin (22/3) Dewan Keamanan (DK) PBB berkumpul untuk membahas masalah tersebut. Hadi sendiri telah terusir dari istana kepresidenan di Sanaa dan kini melarikan diri ke Kota Aden.
Dalam pembicaraan di DK PBB, pemerintah Iran juga diundang. Selama ini Iran memang menjadi sekutu utama pemberotak Syiah Huthis. Bukannya mengiyakan, pemerintah Iran malah menyarankan Hadi mundur agar konflik berdarah itu berakhir.
’’Harapannya, Presiden Hadi mengundurkan diri daripada mengulangi kesalahan-kesalahannya. Yaitu, memainkan peran konstruktif dalam mencegah perpecahan Yaman dan berubahnya Aden menjadi surga teroris,’’ ujar Wakil Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir Abdollahian kemarin.
Namun, permintaan Iran itu tentu saja langsung ditampik oleh pemimpin negara-negara di Teluk Arab. Selama ini negara-negara Arab dan AS memang menjadi sekutu utama Hadi dan menganggap dia sebagai presiden yang sah. Mereka menegaskan bahwa segala upaya akan dikerahkan untuk mengembalikan keamanan di Yaman.
’’Keamanan di Yanam dan negara-negara anggota Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan,’’ ujar pihak GCC.(AFP/Reuters/CNN/BBC/sha/c4/nw)