SEADANYA: Tak jarang anak-anak di dusun pelosok di Kecamatan Sudimoro, Tegalombo, Nawangan, dan Bandar hanya belajar dengan menggunakan penerangan seadanya. (Hengky Ristanto/Jawa Pos Radar Ponorogo)
PACITAN – Sekitar 24 persen atau lebih dari 2 ribu kepala keluarga (KK) di 300 dusun di wilayah Pacitan belum menikmati listrik. Kondisi itu membuat beberapa dusun setempat masih gelap gulita saat malam. Terutama di beberapa dusun yang terletak di daerah ketinggian sekitar 400 meter di ataspermukaan laut (mdpl).
Di antaranya, Kecamatan Sudimoro, Tegalombo, Bandar, dan Nawangan. Sebab, untuk sekadar penerangan malam, ribuan KK hanya menggunakanublik alias lampu penerang berbahan bakar minyak.
’’Ada juga sebagian warga yang mengolor kabel untuk mendapat aliran listrik. Hal itu terpaksa dilakukan karena jarak sumber listrik dengan rumahnya cukup jauh,’’ ujar Bupati Pacitan Indartato saat ditemui di sela Lomba Gotong Royong Tingkat Provinsi Jatim di Desa Purworejo Jumat (20/3). Dia mengungkapkan, masih banyaknya rumah yang belum berlistrik dikarenakan anggaran yang dialokasikan program listrik pedesaan sangat minim.
Selain terkendala anggaran, penyebab lainnya adalah medan yang sulit. ’’Di Pacitan, ada wilayah yang sulit terjangkau jaringan listrik karena konturnya berbukit. Selain itu, banyak yang tinggal di pelosok,’’ katanya.
Salah satu solusi untuk mengatasi kendala tersebut, terang Indartato, adalah mengembangkan pembangkit mikrohidro atau pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terpusat.
Nanti energinya dialirkan ke ribuan KK tersebut. Meski biaya pembuatan infrastruktur listrik tenaga surya itu cukup mahal, perawatan dan pemeliharaannya relatif murah. ’’Selain itu, wilayah yang dapat terjangkau instalasi PLN akan memakai listrik konvensional,’’ tuturnya.(her/eba/JPNN/c19/bh)