MASIH HEBAT: Aksi Sherly Humardani saat membela Fever melawan Sritex Dragons kemarin di Sritex Arena, Solo (26/2). (Farid Fandi/Jawa Pos)
Tanpa gelar selama dua musim terakhir memaksa Surabaya Fever membujuk small forward senior Sherly Humardani agar kembali bermain. Padahal, dia sudah absen dua musim karena mengurus keluarga.
KETIKA tengah menanti kelahiran anak kedua di Amerika Serikat, point guard Fever Marlina Herawan sempat bertukar pesan dengan suami Sherly, Christopher Tanuwidjaja. Marlina berkelakar, kalau Sherly tidak lagi bergabung ke Fever, dirinya akan kehilangan semangat.
Dia juga mengatakan, Sherly bisa menularkan semangat tanding ke rekan-rekan. Itop –sapaan Christopher– hanya tersenyum karena mengingat usia istrinya sudah di atas kepala tiga. Lagi pula, dua anaknya, DeShawn Bryant Tan, 2, dan Lakeisha Beverly Tan, 5 bulan, membutuhkan perhatian ibunya.
Namun, akhirnya Sherly kembali ke dunia yang membesarkan namanya. Tentunya dengan berbagai konsekuensi. ’’Salah satunya tentang latihan. Domisili saya kan di Jakarta. Saya minta izin ke pelatih. Saya nggak bisa lama-lama di Surabaya. Jadi, saya maintain kondisi sendiri di Jakarta,’’ terang Sherly kepada Jawa Pos.
Sebelum comeback, banyak hal yang perlu dibereskan Sherly. Terutama dalam urusan seorang ibu merangkap pemain basket. Lagi pula, dia perlu memulihkan diri setelah menjalani operasi Caesar untuk melahirkan anak kedua.
Akhirnya, comeback dia terwujud kemarin ketika Fever mengalahkan Sritex Dragons Solo 79-44 pada Seri III IndiHome WNBL Indonesia 2014–2015 di Sritex Arena, Solo.
Pelatih Fever Wellyanto Pribadi memang mengharapkan kehadiran Sherly untuk meningkatkan motivasi tanding. Pengalaman dan mental juaranya sangat dibutuhkan. Sherly juga punya reputasi sebagai pemain termuda yang bergabung timnas basket putri.
Kemarin Sherly bermain 7 menit 20 detik. Pergerakannya di lapangan tidak banyak berubah. Kecuali fisik yang diakui tidak sehebat sewaktu muda, ambisi Sherly untuk meraih juara masih seteguh dahulu. Ya, Sherly merupakan punggawa CLS saat merajai Kobanita enam kali beruntun (1996–2001).
’’Ketika saya memutuskan kembali bermain, saya yakin akan menjadi juara. Itu prinsip saya. Apalagi, roster Fever merata. Kami punya big man dan small man yang sama hebatnya. Kami juga punya Marlina, pemain yang mature,’’ katanya dengan mantap.
Di sisi lain, Sherly mengungkapkan bahwa kompetisi liga basket putri paling top di Indonesia itu kini telah berbeda. Persiapan yang dilakukan tim lain lebih matang jika dibandingkan dengan musim perdana. Persaingan antartim dianggap jauh lebih merata. ’’Dulu persaingan hanya antara Tomang Sakti Mighty Bees Jakarta dan Surabaya Fever,’’ kata Sherly.
Dijumpai setelah laga, Itop tersenyum saat ditanya performa istrinya. Menurut dia, menonton istri bermain saat ini membuat dirinya bernostalgia. ’’Lucu. Saya biasa melihat dia merawat anak di rumah, kini nonton dia main lagi. Jadi teringat masa pacaran dulu,’’ ujar Itop. (*/c4/ham)