MASIH BUGAR: M. Rachman (kanan) ketika sparing di Sasana KPJ Bulungan. (Wahyudin/Jawa Pos)
Petinju muda tanah air harus mencontoh kedisiplinan Muhammad Rachman. Di usianya yang sudah berkepala empat, Rachman masih terus bertanding tinju berkat disiplin latihan setiap hari.
BELASAN orang mengelilingi ring tinju berukuran 7 x 7 meter. Yang menjadi pusat perhatian di Sasana KPJ Bulungan Blok M adalah M. Rachman. Mengenakan headguard merah, Rachman menjajal sejumlah petinju yang berlatih di sisi belakang bekas Warung Apresiasi (Wapres) Blok M itu.
’’Coba lihat, gaya main Rachman sama sekali tak hilang walau sudah berusia 40 tahun lebih. Pengaturan tenaga dan perhitungan jarak pukulnya tak pernah meleset,’’ kata pelatih KPJ Bulungan Misyanto kepada petinju junior binaannya.
Buat Little Homs, nama ring Misyanto di tinju profesional Indonesia, sosok Rachman adalah petinju langka di tanah air. Little Homs bahkan menyamakannya dengan Bernard Hopkins, petinju gaek AS yang kondisi fisiknya masih tetap bugar.
Rachman memang masih oke. Di usianya yang sudah 43 tahun, dia masih tetap naik ring. Pada 5 Maret, Rachman akan bertanding melawan petinju Thailand Knockout CP Freshmart di Bangkok. Itu merupakan pertarungan kejuaraan dunia ad interim kelas terbang mini (47,6 kilogram) versi WBA. Rachman pernah juara dunia dua kali di dua badan tinju di kelas terbang mini. Yakni, IBF dan WBA. IBF didapat pada 2004, sedangkan WBA diperoleh pada 2011.
Seusai sparing melawan Noldi Manakane dan Johan Wahyudi kemarin, Rachman menyatakan siap bertempur melawan petinju Thailand. Meski berbeda 19 tahun dengan calon lawannya itu, Rachman tidak gentar.
’’Buat saya, umur adalah angka saja. Kalau kita disiplin menjaga makan, latihan, dan istirahat, saya yakin tak masalah akan bertanding kapan pun dan di mana pun,’’ sebut suami Lilis Setyawati itu.
Rachman yang bertinju profesional sejak 1993 menyebutkan sering ditawari mendadak untuk bertanding. Kadang, seminggu sebelum laga, mantan petinju Sasana Akas Probolinggo itu baru disodori kontrak bertanding. Asal harga cocok, Rachman tidak berkeberatan.
Mengenai resep kebugaran sampai usia 43 tahun ini, petinju yang lahir di Merauke, Papua, tersebut mengaku mengatur pola makan. Dalam dua tahun belakangan, Rachman mengurangi konsumsi karbohidrat. Sekali makan, nasi di piringnya cuma sekitar 100 gram. Itu setara dengan satu centongnasi.
Untuk lauk, Rachman memilih yang mengandung protein tinggi. Yakni, ikan laut, telur setengah matang, dan daging sapi. Tidak lupa, sayuran harus selalu ada. ’’Yang saya stop buat konsumsi adalah daging rusa. Daging rusa memang bagus buat vitalitas, namun kini saya mencoba lebih saleh dalam dua tahun belakangan,’’ katanya.
Alasan Rachman berhenti memakan daging rusa adalah dikarenakan asal usul daging itu sering tidak jelas. Dalam pandangan Rachman, sebagai pemeluk agama Islam, dirinya tidak akan memakan daging yang tidak disembelih dan tidak menyebut nama Tuhan. Daging rusa yang disantap lebih sering merupakan hasil buruan atau disabet pedang oleh pemburu.
Rachman kini juga lebih rajin mengonsumsi air putih. Dalam sehari, petinju yang sudah bertanding 81 kali di karir profesionalnya itu minum minimal 5 liter air putih. ’’Saya dulu sering kencing batu waktu masih di Sasana Akas Probolinggo. Saya sangat kurang minum air putih. Kalaupun minum, sangat sedikit. Kalau latihan berat, setelahnya sering kencing darah,’’ tuturnya.
Jika sakit pun, Rachman menghindari untuk mengonsumsi obat berbahan dasar kimia. Ketika masih tinggal di Jawa, susu kambing etawa adalah obat terbaik buat Rachman. Namun, setelah menetap di Merauke dua tahun belakangan dan susah mencari susu kambing etawa, dia mengalihkannya kepada sayur. (*/c19/ano)