KENDALA DANA: Stadion Ennio Tardini batal menggelar laga Parma melawan Udinese Minggu malam (22/2). (Calcio)
PARMA – Betapa dalam Parma telah terjatuh ke jurang krisis finansial. Bukan hanya tidak mampu menggaji pemain, pelatih, dan seluruh staf klub sejak Juli 2014, juara Coppa Italia tiga kali itu bahkan juga tidak kuasa membayar biaya keamanan laga kandang melawan Udinese yang semestinya berlangsung Minggu malam WIB (22/2).
Jadilah, duel Serie A pekan ke-24 yang dijadwalkan dihelat di Stadion Ennio Tardini tersebut ditunda. Bahkan, jangankan soal biaya keamanan –mengutip pelatih tim junior Parma Hernan Crespo–, koran Inggris Daily Mirror kemarin melansir bahwa untuk anggaran minum pemain saat latihan pun tidak ada.
Parma yang menanggung utang 197 juta euro (sekitar Rp 2,8 triliun) itu pun kini berpeluang dinyatakan resmi bangkrut pada hearing dengan FIGC (Federasi Sepak Bola Italia) 19 Maret nanti dan harus dirawat secara administrasi. Dampaknya, klub yang kini ditangani Roberto Donadoni itu akan didegradasi ke Serie B musim depan. Harapannya, investor baru bisa masuk saat mereka menjalani musim baru di kompetisi strata kedua di Italia tersebut.
Tetapi, sebagaimana dilansir Football Italia, jika upaya penyelamatan itu gagal, dalam pengertian Parma tidak bisa melanjutkan sisa Serie A musim ini, klub yang pernah begitu royal dalam pembelian pemain pada era 1990-an tersebut bakal dilikuidasi. Kalau itu yang terjadi, musim depan klub yang kini dimiliki Giampietro Manenti itu harus memulai dari Lega Dilettanti alias liga amatir, kasta terendah di struktur Liga Italia. Fiorentina dan Napoli pernah mengalami nasib serupa.
Dalam rangka menyelamatkan Parma itu pula, FIGC (Federasi Sepak Bola Italia) menawarkan dana talangan 5 juta euro (Rp 73,1 miliar). Tujuannya agar Parma bisa meneruskan sisa Serie A musim ini sehingga tidak sampai dilikuidasi. Kelak di Serie B, jika Parma sudah punya investor baru, dana tersebut harus dikembalikan.
Kapten Parma Alessandro Lucarelli menegaskan, dirinya dan rekan-rekan setim lebih memilih Parma dinyatakan bangkrut. Karena itulah, mereka menolak menggunakan jalur hukum untuk menuntut gaji mereka yang ditunggak yang bisa berakibat pada dilikuidasinya Parma.
’’Kalau sampai dilikuidasi, ada sekitar 200 keluarga yang kehidupannya bergantung ke klub ini,’’ kata Lucarelli kepada La Gazzetta dello Sport.
Tetapi, Lucarelli melanjutkan, semua pemain tidak mau Parma tetap dikendalikan Manenti yang dinilai telah ingkar janji. ’’Awalnya Manenti menunjukkan kepada kami ’bukti’ dari bank bahwa dia memiliki dana 100 juta euro (Rp 1,4 triliun). Itu uang yang sangat banyak dan kami sempat percaya. Tapi, hingga sekarang, sepeser pun kami belum digaji,’’ kata Lucarelli.
Manenti membeli Parma bulan lalu dari Rezart Taci yang baru Desember lalu mengakuisisi klub yang pernah dibela bintang Bulgaria Hristo Stoichkov itu dari Tommaso Ghirardi. Yang aneh, konon, dalam dua kali akuisisi tersebut, Roma hanya dihargai 1 euro (Rp 14.600).
Karena itulah, Lucarelli juga menyalahkan Lega Calcio selaku operator kompetisi dan FIGC. ’’Lega dan federasi harus turut bertanggung jawab. Mengapa tidak ada pengecekan memadai dalam proses akuisisi klub? Mengapa Parma dibiarkan mendaftarkan 200 pemain sekaligus? Mengapa klub diizinkan hanya dijual 1 euro? Semua ini sungguh menggelikan,’’ katanya. (ren/c4/ttg)