BIKIN KEWALAHAN: Para pencari suaka asal Afghanistan melakukan semua aktivitas, mulai mandi, cuci pakaian, hingga tidur, di rumah kanim. Mereka menjalani salat secara bergantian di rumah di Jalan Jenderal Sudirman, Balikpapan, tersebut Senin (1/2). (Paksi
BALIKPAPAN – Tidak berlebihan jika Balikpapan, Kalimantan Timur, disebut sebagai tempat favorit bagi pencari suaka. Sebanyak 114 pencari suaka asal Afghanistan belum juga tertangani, namun belasan warga negara asing itu datang lagi.
Setidaknya kini terdapat 133 warga Timur Tengah yang belum tertampung di rumah detensi imigrasi (rudenim). Kondisi tersebut membuat Kantor Imigrasi Balikpapan makin kewalahan.
Berdasar pantauan Kaltim Post (Jawa Pos Group) Senin (1/12), ada 19 WNA pencari suaka dari Afghanistan yang datang. Akibatnya, rumah dinas kepala Kantor Imigrasi (Kanim) Balikpapan masih dijadikan tempat penampungan mereka. Sebab, rudenim Balikpapan di Lamaru mengalami overkapasitas.
Rudenim tersebut mendadak kumuh. Pakaian kotor dijemur di mana-mana. Alas tidur pengungsi juga berserakan tidak beraturan. Keberadaan mereka diawasi. Bahkan, ada yang berkeliaran di tengah permukiman masyarakat dan beraktivitas mandi cuci kakus di rumah ibadah sekitar.
Kasi Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Kantor Imigrasi Balikpapan Anton Sumarsono mengungkapkan, hampir setiap hari para pencari suaka datang menyerahkan diri. Dengan mengantongi surat United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR), organisasi di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), mereka mengharapkan perlindungan. Yakni, ditampung di rudenim di Kelurahan Lamaru.
Kehidupan mereka telah dibiayai International Organization for Migration (IOM), yang juga organisasi di bawah naungan PBB. ’’Kami sudah melayangkan surat kepada pihak rudenim agar mereka bisa ditampung. Tapi, permintaan mereka ditolak karena rudenim sudah penuh,’’ kata Anton saat ditemui di ruang kerjanya Senin (1/12).
Berbondong-bondongnya para pencari suaka masuk ke Balikpapan diperkirakan setelah informasi pengembangan gedung milik rudenim di Lamaru telah tuntas. Hal tersebut menyulitkan petugas yang jumlahnya tidak sebanding dengan pencari suaka. Selain petugas harus bergantian memberikan makan, tidak ada fasilitas yang memadai untuk menampung mereka. ’’Saat ini kami belum punya solusi untuk tempat menampung mereka. Padahal, jumlah mereka bisa saja terus bertambah,’’ tutur Anton.
Beberapa di antara mereka mengaku datang dari Jakarta, Makassar (Sulawesi Selatan), Pekanbaru (Riau), dan Manado (Sulawesi Utara). Anehnya, ketika pihak kantor imigrasi menanyakan cara mereka mendapat tiket pesawat tersebut, tidak ada seorang pun yang mau menjelaskan. Keberangkatan mereka memiliki kesamaan. Yaitu, menggunakan maskapai penerbangan yang sama.
’’Kami juga heran bagaimana mereka ini bisa mendadak datang ke Balikpapan dan menuju kantor imigrasi. Saya belum berani mengatakan, ada sindikat di balik ini semua,’’ ungkapnya.
Sebelumnya, konflik berkepanjangan di Timur Tengah mengakibatkan 114 pencari suaka asal Afghanistan datang ke Kota Minyak. Mereka enggan balik ke negara asal karena takut dihukum pemerintah mereka. (qi/rom/k14/JPNN/c14/di