Anintya Novitasari, 26, menyusuri Cam River yang Membelah Cambridge (Dok Pribadi)
Hanya butuh sekian detik di atas perahu yang menyusuri Cam River untuk membuat saya jatuh cinta pada kota ini. Cambridge, kota yang identik dengan manusia-manusia genius itu, berhasil membuat saya terhanyut dengan cerita-cerita yang dibawakan seorang punter. Siapa dia? Punter adalah pendayung perahu yang menyusuri Cam River, sungai yang mengalir di depan Cambridge University.
GERIMIS tidak menghalangi saya dan kedua teman untuk tetap menjajalpunting (aktivitas menyusuri sungai menaiki perahu sambil mendengarkanpunter bercerita). Apalagi, hampir semua punter yang saya lihat berwajah tampan.
Konsep punting memang tidak jauh berbeda dengan gondola di Italia. Para turis menikmati pemandangan dari perahu kecil dan seorang puntermendongeng dari atas perahu. Tetapi, yang di Cambridge tidak sambil bernyanyi seperti para punter di Italia.
Berdasar informasi yang berhasil saya ulik, mayoritas punter di Cam River adalah mahasiswa Cambridge yang mengambil part time. Dan, ternyata salah satu syarat menjadi punter adalah berwajah tampan. Hmm...pantas saja semua berwajah di atas rata-rata.
Cambridge University juga menyimpan banyak cerita menarik. Dari Cam River, saya melihat tempat tinggal Stephen Hawking, ilmuwan Inggris yang supergenius. Unik juga ya punya rumah di pinggir sungai, dan alat transportasi yang parkir di depan pagar bukan mobil atau motor, melainkan perahu.
Di tepi sungai itu ada sebuah pintu asrama. Ternyata, sudah menjadi tradisi di asrama tersebut saat mahasiswa-mahasiswa baru mulai menempati asrama, alarm kebakaran dinyalakan sehingga mahasiswa-mahasiswa baru panik dan berhamburan keluar asrama. Mahasiswa yang ”tidak beruntung” akan keluar dari pintu itu, dan...byuurrr! Sebab, pintu itu semacam jebakan ke sungai. Hehehe.
Ada juga cerita tentang para mahasiswa teknik yang iseng menaikkan mobil ke atas bangunan. Saya juga kurang paham caranya bagaimana dan apa tujuan mereka menaikkan mobil ke atap gedung. Jangankan diberi sanksi, para mahasiswa iseng itu malah diberi penghargaan dari kampus atas perbuatannya yang ”cerdas” dan tidak mudah.
Ada lagi cerita soal ”persaingan” Cambridge dan Oxford. Semua orang tahu bahwa keduanya adalah universitas paling beken di Inggris, tempatnya orang-orang genius dan bersaing ketat meraih peringkat universitas terbaik di dunia. Punter di perahu saya mengatakan ”Cambridge is better than Oxford, isn’t it?”
Dia lantas menceritakan bukti pendukung yang berkaitan dengan film Harry Potter. Beberapa scene dalam film Harry Potter awalnya diambil di kampus Cambridge. Untuk itu, biayanya tidak murah, yaitu £ 8.000 per hari! (1£ sekitar Rp 20.000). Setelah beberapa kali syuting, produser Harry Potter mulai merasa biayanya terlalu besar. Akhirnya mereka memutuskan untuk pindah syuting di Oxford University. ”The moral story is... Cambridge more worth a penny than Oxford in film making scene,” kata sang punter dengan logat British yang kental sambil tertawa. Hahaha, kami dan orang-orang lainnya di perahu ikut tertawa.
Meski hanya punya waktu sebentar di sini, sekitar lima jam saja, saya dan kedua teman tidak butuh waktu lama untuk jatuh cinta dengan kota ini.
Buat yang ingin berkunjung ke Cambridge, jangan lupa untuk menyisipkan acara punting di Cam River dalam itinerary perjalanan kalian. Tidak ingin melewatkan kesempatan untuk menyusuri sungai sambil mendengarkan