RISING STAR: Aksi Jordon Ibe (kiri) saat menghadapi Tottenham Hotspur di Anfield pada 10 Februari lalu. (Jon Super/AP Photo)
Baru balik ke Liverpool 15 Januari lalu, Jordon Ibe langsung diganjar kontrak jangka panjang. Raheem Sterling dan Mario Balotelli sangat membantunya cepat beradaptasi.
LAGA first leg 32 besar Europa League di Stadion Anfield, Liverpool, Jumat dini hari lalu WIB (20/2) pasti tak akan pernah dilupakan Jordon Ibe. Bukan semata itu pertandingan debutnya di kancah Eropa, tapi juga karena setelah duel yang dimenangi Liverpool 1-0 tersebut, dia langsung ditawari kontrak jangka panjang.
Ibe memang tampil gemilang pada pertandingan itu. Gol Liverpool via penalti Mario Balotelli merupakan buntut dari dilanggarnya pemain kelahiran London pada 8 Desember 1995 tersebut.
Karena itulah, manajemen klub berjuluk The Reds tersebut perlu mengambil langkah pengamanan untuk memagari winger/wing back berusia 19 tahun itu dari incaran klub lain. Liverpool belum mengumumkannya secara resmi, tapi kapten Steven Gerrard membocorkan bahwa Ibe telah meneken kontrak baru berdurasi panjang itu. Tapi, belum diketahui berapa persisnya durasi kontrak tersebut.
Padahal, baru pada 15 Januari lalu Ibe balik dari masa peminjaman di Derby County di mana dia mencetak lima gol dari 24 penampilan. Masa peminjaman yang semula dirancang satu musim itu pun diperpendek The Reds menjadi setengahnya saja.
Sebelum balik ke Anfield, pemain jebolan Akademi Wycombe Wanderers itu memang lebih banyak menjalani laga profesional sebagai pemain pinjaman. Tahun lalu, ada dua klub yang menggunakan tenaganya sebagai pemain pinjaman. Pertama Birmingham City dan kedua Derby County.
Debut Premier League bersama The Reds dijalani Ibe saat melawan Everton pada 7 Februari lalu. Hasilnya sungguh manis. Ibe dinobatkan sebagai man of the match alias pemain terbaik di laga tersebut.
Tiga hari berselang, saat menjamu Tottenham Hotspur, penggawa tim nasional U-20 Inggris itu berperan dalam lahirnya gol ketiga sekaligus gol kemenangan The Reds. Pada laga melawan Besiktas, dia juga ditahbiskan sebagai man of the match.
Kemampuan melewati lawan yang dipadukan kecepatan plus visi membuat Ibe kini menjadi rising star bagi Liverpool. Pintu menuju tim nasional Inggris pun tinggal menunggu waktu untuk dibuka.
’’Saya tidak mau terburu-buru memikirkan itu semua (skuad reguler Liverpool dan timnas Inggris, Red). Yang saya bisa lakukan kini hanyalah terus bermain di dalam tim utama. Fokus saya hanya untuk itu,’’ ujarnya kepada The Guardian.
Total Ibe telah tampil enam kali membela Liverpool, lima di Premier League dan sekali di Europa League. Primanya penampilan Ibe tergolong mengejutkan. Sebab, di Liverpool, dia sebenarnya tidak bermain di posisi yang biasa dimainkan di klub-klub yang meminjamnya selama ini, yaitu sebagai winger. Dengan formasi 3-4-3 yang diterapkan Manajer Liverpool Brendan Rodgers, Ibe berperan sebagai wing back.
Jelas tak mudah. Sebagai pemain yang sebelumnya lebih berorientasi menyerang, kini dia dituntut mampu menjaga keseimbangan antara bertahan dan menyerang. Tapi, Ibe ternyata mampu beradaptasi dengan baik dan cepat.
Menurut Ibe, itu bisa terjadi karena dirinya dikelilingi para pemain dengan kemampuan hebat seperti Raheem Sterling, Daniel Sturridge, Mario Balotelli, dan Philippe Coutinho. Terutama Sterling.
Dalam wawancara dengan Daily Mirror, Ibe yang mengawali karir di Wycombe Wanderers itu menceritakan bagaimana Sterling sering memberinya saran. Baik ketika berada di dalam lapangan maupun saat di luar lapangan.
Karena itulah, Ibe menyebut Sterling yang hanya berusia setahun di atasnya sebagai model panutan. ’’Dialah yang bisa membuat saya percaya diri untuk mencoba dan mendapatkan apa yang sudah dia dapatkan sekarang. Selain dia, Mario (Balotelli) sering membantu saya,’’ tuturnya.
Ibe lantas mengenang apa yang dulu sering dia idam-idamkan di layar televisi saat menonton pertandingan Liverpool: bermain di Anfield dan mengenakan jersey merah Liverpool. Sampai sekarang pun dia masih sulit percaya semua itu bisa diraih secepat ini.
’’Semuanya terasa terjadi terlalu cepat. Mestinya, di usia saya yang sekarang, saya masih bermain di klub sekelas Derby County,’’ katanya seolah tak percaya.
Nah, setelah semua tercapai, pemain yang pernah menjalani trial di Manchester City itu punya impian besar yang ingin segera diwujudkan: membawa Liverpool berlaga di laga puncak Liga Champions seperti yang pernah dia tonton pada 2005. Ketika itu, sebagaimana diketahui, The Reds sukses menjadi juara setelah menundukkan AC Milan melalui adu penalti meski tertinggal dulu 0-3 sampai akhir babak pertama.
Karena musim ini The Reds sudah tersisih dari Liga Champions, tampil di final Europa League menjadi target terdekat. ’’Saya masih ingat, saya menonton laga final Liga Champions 2005 di televisi sambil mengenakanjersey Liverpool yang tetap saya simpan hingga kini. Orang tua sebenarnya tidak memberikan izin untuk menonton. Tapi, saya tetap menonton hingga larut malam sekalipun keesokan hari harus sekolah. Itu memori terbaik saya,’’ tegasnya. (ren/c17/ttg)