KIKIS PELAN-PELAN: Para pekerja pembelah batu yang disewa Pemkab Nagan Raya untuk membelah batu giok 20 ton di hutan lindung, Kecamatan Beutong, Nagan Raya, Rabu 25/2). (Ibrahim Istra/ Rakyat Aceh/JPNN)
NAGAN – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nagan Raya, Aceh, memutuskan untuk membelah batu giok seberat 20 ton. Batu yang ditemukan di tengah hutan lindung pada 9 Februari lalu itu dipotong-potong dalam ukuran lebih kecil.
Kepada Rakyat Aceh (Jawa Pos Group), Kepala Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Nagan Raya Samsul Kamal menjelaskan, sejak dua hari lalu, pihaknya mengupah warga untuk membelah batu. ’’Sudah 5 ton yang berhasil kami kumpulkan. Sisanya diupayakan untuk terus dibelah,’’ jelasnya.
Dia belum bisa memastikan apakah batu hasil pembelahan itu akan dijual atau disimpan. ’’Keputusan soal tersebut akan dimusyawarahkan muspida,’’ ujarnya.
Apalagi batu itu sudah menjadi batu koral. ’’Memang, diperkirakan ada yang super, tapi di tengah-tengah batu besar itu,’’ ujar Samsul yang semakin mengundang penasaran.
Dia mengaku sudah menghabiskan Rp 125 juta untuk biaya pembelahan dan pengangkutan batu giok tersebut. Dana itu belum termasuk biaya petugas penjaga di lapangan. Dari pantauan Rakyat Aceh, batu giok 20 ton tersebut dijaga 10 personel TNI dari Kompi Kruen Isep, Beutong. Ada pula 10 personel Brimob dari Subden III Ujong Fatihah, Kuala, serta dua anggota koramil dan polsek setempat.
Batu giok tersebut ditemukan Usman, 45, warga Desa Pante Ara, Kecamatan Beutong, Nagan Raya, saat mencari batu bersama sejumlah warga lain pada 9 Februari lalu. Karena ada moratorium pengambilan batu alam, dia tidak mengambilnya. Namun, diam-diam, warga dari desa tetangga mengetahui batu tersebut dan berupaya mengambilnya.
Sempat terjadi ketegangan antara dua kelompok warga tersebut. Untungnya, polisi cepat mengamankan lokasi. Sengketa itu tidak sampai berujung kontak fisik.
Beberapa hari kemudian, setelah ada dialog dengan berbagai pihak, disepakati batu giok tersebut dibelah untuk diamankan ke pusat pemerintah di ibu kota Nagan Raya. Sedikit demi sedikit, batu giok yang ditaksir bernilai miliaran rupiah itu dikikis.
Pecahan batu alam tersebut selanjutnya diangkut warga ke posko utama yang berjarak sekitar 2 km dari lokasi penemuan. Hingga saat ini, pembelahan batu tersebut masih berlangsung. (mag-59/JPNN/c5/kim)